Minggu, 07 Juni 2015

Menanggulangi Penurunan Permukaan Tanah


Fenomena penurunan permukaan tanah semakin hari semakin besar frekuensi terjadinya. Seperti yang kita ketahui, tahun demi tahun permukaan tanah di Jakarta saja terus mengalami penurunan, begitu pula dengan yang terjadi di beberapa kota besar lainnya. Tentu, permasalahan ini menjadi suatu hal yang dijadikan fokus tidak hanya bagi masyarakat biasa maupun pemerintah, melainkan jaga praktisi maupun ilmuwan yang fokus pada masalah lingkungan. 

Dalam menanggulangi fenomena penurunan permukaan tanah, diperlukan peran dari segala unsur masyarakat. Tidak hanya peran masyarakat yang dibutuhkan, melainkan peran pemerintah juga sangat penting. Pemerintah sebagai regulator berhak untuk membuat suatu kebijakan dalam rangka menjaga permukaan tanah bumi. Sehingga, ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan mengenai hal tersebut, diharapkan masyarakat dapat menaati peraturan tersebut. 
Terdapat enam peran yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun unsur masyarakat dalam menanggulangi fenomena tersebut yaitu: 
1.) Melakukan penanaman kembali daerah-daerah yang tidak terdapat tumbuhan dan pohon atau reboisasi. Kondisi tanah di wilayah yang tidak terdapat pohon tentu menjadi sangat rapuh karena tidak adanya akar-akar pohon yang memperkuat kondisi tanah. Sehingga hal ini sangat diperlukan untuk membuat akar-akar tanah dapat menjalar ke seluruh bagian dalam tanah dan mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah.
2.) Membatasi pembangunan bertingkat. Hal ini harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak dari bangunan yang terlalu padat yang sering memicu semakin intensnya penurunan permukaan tanah. Sehingga, ketika hal ini dilakukan, tentu akan menjaga kondisi tanah ke arah yang baik. 
3.) Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan pihak ilmuwan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju setiap waktunya, berbagai ahli banyak yang mencari cara untuk menanggulangi permasalahan penurunan permukaan tanah yang terjadi. Salah satu teknologi yang ada, yaitu Aquifer Storage and Recovery (ASR). Pemerintah daerah yang berkoordinasi dengan pemerintah pusat dapat menerapkan teknologi ASR ini. Aquifer Storage and Recovery (ASR) merupakan sebuah teknologi yang dikembangkan oleh Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan dan Pusat Litbang Sumber Daya Air sebagai upaya untuk penanggulangan penurunan permukaan tanah. Aquifer Storage and Recovery (ASR) didefinisikan sebagai bentuk cara dalam menyimpan air yang berasal dari air hujan pada lapisan tanah dengan membuat sumur bor yang dilengkapi pisometer. Pisometer sendiri berfungsi sebagai alat pemantau untuk mengukur tekanan statis cairan dalam sebuah sistem. Metode yang digunakan, yaitu dengan membuat resapan air dan kemudian menginjeksikan air tersebut ke sebuah tempat atau saluran yang telah ditentukan.
*gambaran ASR

4.) Memperketat regulasi tentang penyedotan air bawah tanah, alih fungsi lahan, dan peningkatan standar infrastruktur. Sehingga hal ini dapat meminimalisasi dampak penurunan permukaan tanah. Pengawasan terhadap pembangunan infrastruktur, memilihara infrastruktur, dan memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar yang bertujuan untuk mencegah dampak yang lebih parah.

Penjelasan di atas merupakan alternatif pilihan peran yang dapat dilakukan pemerintah maupun unsur masyarakat lainnya dalam menanggulangi terjadinya fenomena penurunan muka tanah. Diharapkan dengan adanya langkah konkrit dan efektif terhadap penanggulangan tersebut, setidaknya dampak yang ditimbulkan akibat fenomena ini tidak akan meluas ke banyak wilayah, sehingga fenomena ini tidak begitu mengganggu jalannya peradaban masyarakat.

Daftar Referensi:

Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan merupakan aspek sangat berpengaruh dalam peradaban manusia. Secara definisi, pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu pihak untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Salah satu cara dengan menerapkan pengembangan pembangunan berkelanjutan, Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung kehidupannya.
Tentu dengan kondisi tersebut, kita perlu menjadi manajer pembangunan terhadap lingkungan kita. Hal ini akan efektif dengan menerapkan prinsip sustainability (berkelanjutan), yang pada umumnya menggunakan cara ekoefiensi dan waste management. Cara ekoefiensi yaitu cara pengelolaan sumber daya alam yang tidak merusak atau mengganggu keseimbangan ekosistem dilakukan secara efisien serta mempertimbangkan kelestarian sumber daya alam tersebut (Rangga, 2013). Kemudian, prinsip utama yang diterapkan dalam waste management yaitu pengumpulan, memobilisasi, dan treatment sampah, pengontrolan pengelolaan sampah, hingga upaya pencegahan dengan pengelolaan sampah berbentuk recycle dan reuse. Alasan mengapa pembangunan harus berkelanjutan yaitu karena penduduk bumi selalu bertambah pesat setiap harinya, kenaikan temperatur rata-rata bumi, hutan tropis yang semakin berkurang, dan peningkatan polusi akibat ulah manusia.
            Dalam pembangunan berkelanjutan, kita juga harus menerapkan teknologi ramah lingkungan bagi pembangunan kita. Hal ini disebabkan oleh tingkat polusi di dunia ini sudah tinggi, begitu pula dengan laju penipisan sumber daya alam karena teknologi-teknologi yang dibuat dari mulainya era industri adalah teknologi-teknologi yang tidak ramah lingkungan. Dari masalah ini mulai muncul teknologi ramah lingkungan yang menghabiskan sedikit atau tidak sama sekali sumber daya alam dan dengan tingkat emisi atau pembuangan yang minim. Penggunaan teknologi ramah lingkungan dapat diterapkan misalnya menggunakan tenaga angin, tenaga matahari, atau pun berbahan dasar pupuk kompos.
Seperti yang terdapat dalam penjelasan diatas, pembangunan merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam peradaban manusia. Namun, dalam melaksanakan hal tersebut, dibutuhkan prinsip yang tidak merusak dan merugikan kondisi alam. Ketika hal tersebut sudah berjalan secara berkelanjutan, maka kondisi ekosistem bumi akan tetap terjaga untuk di masa depan kelak.

Daftar Referensi:

Sabtu, 06 Juni 2015

Au Revoir Kelas MPKT B - M!

Hi Everyone!

Di tulisan kali ini, saya akan menceritakan pengelaman pribadi penulis selama mengikuti mata kuliah MPKT B. Saya ditempatkan di kelas M bersama teman-teman sekelas MPKT A pada semester satu lalu. Di kelas ini, saya sekelas dengan berbagai mahasiswa dari seluruh jurusan dan departemen yang ada di FISIP UI. Di kelas ini, kami diajar oleh dosen kami yaitu Pak Santoso. Beliau berasal dari fakultas yang bermakara biru-hitam, yaitu Fakultas MIPA, Departemen Fisika UI. Beliau merupakan sosok yang sangat penyabar dan baik dalam menghadapi kondisi kelas kami yang sangat "heboh."

Pak Santoso
Pada pertemuan pertama kelas, kami sekelas tidak canggung karena kami telah saling mengenal satu sama lain ketika kami berada di kelas MPKT A. 
Kemudian, saya lalu langsung terbagi ke dalam FG (focus group) 2, yang terdiri dari saya, Naya, Bedot, dan Akmel. Disini, saya dan teman-teman diinstruksikan untuk berdiskusi mengenai topik pertama kali dengan metode CL 1 mengenai Sistem Kerja Alam. Kemudian, hal yang membuat kami lumayan kaget, yaitu terdapat tugas LTM berbentuk peta konsep yang deadline-nya setiap hari Minggu setiap minggu nya, hal yang tidak pernah ada ketika kami semester.
Apalagi dengan penerapan SCELE dalam setiap kegiatan pembelajaran yang pada awalnya sangat membingungkan kami. Saya pribadi pun bahkan melakukan banyak searching ke internet bahkan sampai bertanya ke senior-senior saya dikarenakan saya sangat kebingungan dalam menggunakan SCELE pada saat itu.
Honestly, setiap hari Minggu grup line kelas kami sangat "heboh," mengenai pertanyaan bagaimana cara membuat folder di SCELE, mengumpulkan tugas, bahkan beberapa dari mereka tidak tahu cara melihat daftar FG mereka sendiri. Namun, hal tersebut sangat menyenangkan dan lumayan lucu.

*ruang kelas MPKT B - M di H502
Gambar diatas merupakan ruang kelas yang selalu dipakai kami yaitu ruang H502 yang dipakai setiap hari Rabu, lalu ruang H205 di setiap hari Jumat. Ruangan kelas yang cukup nyaman dan luas mendukung kondisi yang kondusif dalam melaksanakan diskusi menyelesaikan bahan pemicu diskusi.

*suasana kelas ketika kegiatan perkuliahan berlangsung
Ketika kegiatan kelas berlangsung, secara umum kelas menjadi hidup ketika sesi presentasi berlangsung. Terdapat Radhiyan, Icha, dan Melody yang pengetahuannya sangat luas, serta tidak sering mereka memberikan banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi kelas. Sering sekali saya lihat Pak Santoso sangat terpukau dan senang dengan ketika mereka berbicara.
Metode CL dan PBL yang diaplikasikan secara langsung sangat membentuk peran siswa yang optimal dalam memahami materi yang sedang dipelajari.



Home Group saya (HG 3)
Selanjutnya, saya ingin menceritakan tentang HG saya yaitu HG 3. Kelompok ini terdiri dari Tia, Mei, saya, Icha, Astrid, Jule, dan Adib. Mereka semua sangat "gila", rajin, dan seru "banget." Pada awalnya, kami sudah tidak canggung lagi karena sudah mengenal sebelumnya.
Ketika proses belajar, bukannya kita berdiskusi malah kita mengobrol hal-hal yang tidak penting. Ada suatu momen ketika kita harus membuat borang diskusi, namun kita malah menonton film horror yang diperankan oleh Icha (*FYI, Icha pemain film beneran loh! hehe) 
Ketika ada tugas, saya terkadang harus men-japri masing-masing anggota untuk mengumpul tugas mereka, tetapi at the end mereka sangat-sangat kooperatif :)


*foto bersama pada pertemuan terakhir

Pada akhirnya, saya merasa sangat bersyukur bisa mengenyam pendidikan di FISIP UI terutama bisa belajar MPKT-B di kelas M dan diajar oleh dosen Pak Santoso.
Semoga kita semua sukses dalam menempuh kehidupan!
 Au Revoir! Goodbye!

MPKT B

         


Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPKT) merupakan mata kuliah wajib universitas bagi seluruh mahasiswa baru di Universitas Indonesia, yang biasanya diambil oleh para mahasiswa di semester satu dan dua. MPKT terdiri dari MPKT A dan MPKT B yang sama-sama berbobot enam SKS. Dalam tulisan ini, penulis akan lebih menjelaskan mengenai MPKT B. Pada dasarnya, di UI terdiri dari beberapa rumpun: kesehatan, sains dan teknologi, dan sosial humaniora. MPKT B, sebuah mata kuliah yang materinya lebih banyak berisi mengenai hal-hal yang berbau alam maupun teknologi, sangat diperlukan bagi mahasiswa rumpun soshum sebagai pengetahuan dasar mereka terhadap topik sains dan teknologi.
            Seluruh proses kegiatan pembelajaran MPKT B dilakukan di sebuah website yang disebut SCELE (Student Centered e-Learing Environment) atau dapat diakses di scele.ui.ac.id. Metode yang digunakan dalam mata kuliah ini disebut Blended e-Learning yang terdiri dari tiga unsur: group discussion, Collaborative Learning (CL), dan Problem-Based Learning (PBL). Ketiga unsur benar-benar hadir di setiap pertemuan. Segala bahan materi yang dibutuhkan mahasiswa sudah tersedia di SCELE dalam bentuk file digital.
Pada pertemuan pertama hingga sebelum UTS, materi berisi mengenai CL dan Penalaran Kuantitatif. Materi yang terdapat pada CL 1 berisi tentang sistem kerja alam dan CL 2 berisi tentang “Kita sebagai Manajer Alam.” Kemudian, materi penalaran kuantitatif yang berisi mengenai data-data statistika yang  harus diolah mahasiswa ke dalam bentuk grafik tertentu dan diinterpretasikan hasil pengolahan data tersebut. Setelah UTS, pertemuan di lakukan dengan menggunakan metode PBL dan TIKP (Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembangunan). Pada PBL 1 dan PBL 2 biasanya hanya akan diberikan pemicu diskusi saja, sehingga para mahasiswa perlu mencari bahan-bahan yang diperlukan di internet. Lalu, TIKP, merupakan materi yang berisi bermacam-macam aplikasi TIK dalam proses pembangunan dari hal yang paling sederhana seperti tampilan website sebuah instansi yang baik hingga penggunaan TIK dalam hal mitigasi bencana.



Biasanya, ketika awal pertemuan hingga menjelang UTS (metode CL), mahasiswa akan terbagi ke dalam sebuah FG (focus group) untuk membahas secara spesifik suatu sub-topik dari LSPB (lingkup subpokok bahasan) yang ada dalam bahan pemicu. Ketika mahasiswa berdiskusi, mereka juga harus mengisi sebuah borang yang dapat diunduh di SCELE. Di dalam borang tersebut, biasanya berisi nama anggota FG, poin-poin penting yang terdapat di LSPB, lalu juga pembagian tugas bahasan setiap individu. Setelah itu, setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengerjakan tugas berupa LTM dalam bentuk peta konsep. Setelah itu, mahasiswa akan tersebar ke dalam HG (home group) untuk mendiskusikan kesuluruhan topik yang di LSPB, yang kemudian akan dipresentasikan di depan kelas dalam bentuk powerpoint. Ketika penghujung pertemuan sebelum UTS, biasanya juga setiap HG diwajibkan mengerjakan makalah mengenai materi CL 2.
Setelah UTS berakhir, metode pembelajaran beralih dengan PBL. Ketika kegiatan pembelajaran, para mahasiswa langsung terbagi dengan HG mereka dan tidak kembali ke FG mereka. Disini para mahasiswa dituntut untuk berdiskusi dari bahan pemicu yang sudah disediakan, namun bahan-bahan yang menjelaskan pemicu harus dicari oleh mahasiswa sendiri melalui intenet. Sama seperti metode CL, ketika berdiskusi mereka harus mengisi sebuah borang yang berisi tentang definisi masalah, analisis masalah, hipotesis, materi baru yang dipelajari dan diketahui, materi yang sudah diketahui tapi perlu dipelajari, dan pembagian materi yang harus dipelajari oleh setiap anggota HG. Biasanya, ketika diskusi selesai, setiap HG diminta untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya dalam bentuk powerpoint. Setelah itu, para mahasiswa diminta untuk mengerjakan tugas LTM yang berbentuk peta konsep di kediaman mahasiswa masing-masing. Begitu pula ketika PBL 2, prosedur yang sama dengan PBL 1 diterapakan mencapai hasil pemahaman mahasiswa mengenai bahan pemicu. Seperti biasa, seminggu sebelum minggu UAS, setiap HG diwajibkan untuk mengerjakan tugas makalah kelompok dengan materi bahasan dari PBL 2.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa metode pembelajaran yang diterapkan MPKT B sangatlah efektif bagi para mahasiswa untuk memahami materi. Akses teknologi yang luas di UI juga mendorong kemudahan yang dirasakan bagi seluruh civitas akademika UI, terutama yang berhubungan dengan materi MPKT B. Penggunaan FG dan HG juga sangat efektif diterapkan untuk membentuk jiwa kerjasama dengan individu lain. Dengan kata lain, MPKT B merupakan mata kuliah yang sangat bermanfaat bagai mahasiswa dalam memahami fenomena sains dan teknologi.

Daftar Referensi: